Kota Kontradiksi, Ibu, Anak

Romansa Kota Kontradiksi

Jurnalkomunikasi.com – Tidak butuh waktu lama untuk mengenali rupa kota ini. Sebab jauh-jauh hari, menjadi salah satu imajinasi yang terpendam. Kota yang ramah, sampai-sampai warga sipil menjadi calo vaksin saat itu.

Demikianlah kiranya, rasa jatuh itu dimulai dari kisah tentang berputar-putar mencari vaksin. Melakukan tes PCR dan pada akhirnya menyantap terang bulan keju favorit.

Dahulu, jauh sebelum makin dalam dialektika mengenainya. Ada kisah seorang pemuda yang sangat mencintai ibunya. Ia bilang kalau sang ibu hobi menyanyi. Kalau sudah bisa menyanyi, tandanya sudah sampai ke taraf menjadi anak favoritnya.

Kota Kontradiksi, Ibu, Anak

Sungguh membuat geleng-geleng, tak mengerti dengannya. Dan tampaknya, kini misteri itu telah tersingkap. Bahwasanya sang ibu memiliki banyak sekali anak, masing-masing anak akan memberikan keahlian terbaik.

Ada keahlian menyanyi dan sampai-sampai ada keahlian memasak perkedel dengan sosis sapi. Begitulah kisah yang hangat tentang kekeluargaan yang membentang seantero pulau, samudera dan angkasa.

Kontradiksi dimulai dari bagaimana anak-anak sang ibu tak pernah saling mengenal dan menyapa lagi. Sehingga bilamana ia sedang berkunjung dan jalan-jalan, hanya ditemani beberapa orang yang membawa gitar, membawa kucing lyncis dan tablet gambar. Masing-masing akan diuji dengan keahliannya, apakah kiranya seorang anak buangan akan diambilnya jadi anak asuh.

Hanya yang berbakat yang akan diambilnya. Walau bakatnya hanya mengupas kentang, untuk membuat perkedel dengan campuran sosis sapi. Demikianlah Ibu mulai membangun generasi demi generasi di kota kontradiksi.

Tak ada yang tahu hubungan hangat ini, sebab sang ibu tak pernah membangun rumah di kota Kontradiksi ini. Tiap selesai kegiatannya mengunjungi satu per satu anak kesayangannya, ia kembali pulang ke kampungnya yang jauh, dibatasi samudera dan angkasa yang membentang lebih dari 1000 kilometer.

Namun tampaknya kota Kontradiksi ini telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebagai gapura selamat datang. Ya, akhirnya terpecahkan mengapa seluruh anak-anak terlantar diasuhnya sejak dulu. Agar anak-anak tersebut menjadi penjaga di sini.

Kota Kontradiksi dari sudut pandang yang tak pernah dimengerti. Sebab lama memilih menyisir daerah periferi. Bersama langkah kakinya yang tak pernah sedikit pun berhenti memberikan pandangan bahwa apa yang terjadi hari ini bukanlah sesuatu yang gegabah.

Telah ada pilar-pilarnya, telah tersebar para penjaganya. Dalam cinta dan romansa, menjadi naungan yang indah pada masanya.